Suasana HUT Kabupaten Badung I di SMPN 2 Kuta Selatan |
Pembina Upacara : Bapak Kepala Sekolah Drs.I Gst. Agung Rai Sutanaya, M.Pd |
Guru dan TU SMPN 2 Kuta Selatan |
Tim Obade SMPN 2 Kuta Selatan membawakan lagu "Sekar Jepun" |
" DIRGAHAYU KABUPATEN BADUNG I "
Keluarga Besar SMP Negeri 2 Kuta Selatan Melaksanakan Upacara Memperingati HUT Kabupaten Badung I, Selasa 16 Nopember 2010, pukul : 09.30 Wita, Upacara berlangsung dengan hikmat dan penuh kekeluargaan.
MANGUPURA JANTUNG KOTA KEBANGGAAN KABUPATEN BADUNG (1) |
Sering menjadi ungkapan/pernyataan apalah arti sebuah nama, namun bagi beberapa bangsa di dunia esensi nama memiliki makna yang sangat dalam, dan merupakan identitas diri yang memperkenalkan jati diri suatu bangsa, bahkan menjadi trade mark bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentu pada berbagai belahan dunia. Nama, juga dipercaya dapat memberikan berkah dan menjadi sebuah kebanggaan yang tidak ternilai harganya karena memiliki tradisi kultural yang kuat, memiliki kepercayaan dan loyalitas yang tinggi dalam mempertahankan identitas kulturalnya kepada setiap generasi penerusnya.
Nama bagi sebuah wilayah mengandung arti penting paling tidak dengan menyebutnya saja orang sudah akan tahu kemana arah tujuannya, Kabupaten Badung juga memiliki serangkaian cerita seputar nama. Menurut catatan sejarah awalnya Kabupaten Badung disebut dengan nama Nambangan sekitar akhir abad ke 18 oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan. Nama Kabupaten Badung berasal dari Kerajaan Badung, kamus bahasa Indonesia mencatat ”Badung” artinya nakal atau Bandel. Badung juga merupakan salah satu pohon langka yang berada di Pulau Bali dimana pohon Badung ini sangat bermanfaat sebagai pelestarian lingkungan sehingga sering ditanam sebagai tanaman penyerap kotoran di udara dan berfungsi sebagai paru-paru kota.
Kini Kabupaten Badung telah memiliki ibu kota yang diberi nama Mangupura. Pemberian nama tersebut tidak ditetapkan secara asal-asalan tetapi melalui kajian-kajian berlandaskan adat dan budaya serta karaktereristik masyarakatnya, makna tersebut terkandung dalam kata Mangupura yang terbentuk dari dua suku kata yakni mangu (berasal dari bahasa Jawa Kuno) mango, lango, langu, dan langen yang artinya perasaan rindu menjadi terpesona oleh karena keindahan, segala sesuatu yang indah yang menimbulkan rasa cinta, serta keindahan, menawan hati, dan memikat, dan pura (dari bahasa sansakerta), yakni dari akar kata pur yang berarti kota, benteng, atau kota yang berbenteng.
Dengan demikian, Mangupura mengandung arti ibu kota yang menawan hati, ibu kota yang merupakan tempat keindahan, kedamaian dan kebahagiaan, ibu kota yang mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakatnya, dan ibu kota yang menumbuhkan rasa aman bagi masyarakatnya. Sangat relevan dengan Kabupaten Badung, sebagai salah satu kabupaten harapan dan kebanggaan Bali yang diberkati Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan kekayaan alam yang eksotis mengantar Badung memiliki dua substansi keistimewaan yaitu pertama istimewa dalam sejarah yang ditandai dengan Puputan Badung, dan kedua istimewa dalam potensi yaitu pariwisata yang telah menobatkan Badung sebagai daerah tujuan wisata dunia.
Simak sejenak perjalanan Kabupaten Badung hingga ditetapkannya Mangupura sebagai jantung kota. Kabupaten Badung yang mempunyai motto Cura Dharma Raksaka yang artinya kewajiban pemerintah untuk melindungi kebenaran dan Rakyatnya. Secara fisik mempunyai bentuk wilayah menyerupai sebilah "keris", yang merupakan senjata khas masyarakat Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah yang merupakan simbol semangat dan jiwa ksatria yang sangat erat hubungannya dengan perjalanan historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan Badung". Denpasar pada mulanya merupakan pusat Kerajaan Badung, akhirnya pula tetap menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.
Hingga terjadinya proses pemekaran Kabupaten Badung menjadi dua wilayah, yaitu Kabupaten Badung dan Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar (kini Kota Denpasar) yang pembentukannya ditetapkan UU No. 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar. Akibat proses pemekaran tersebut, di wilayah administratif Kota Madya Denpasar pada saat itu terdapat dua pusat kegiatan pemerintahan, masing-masing kantor Pemkab Badung dan kantor Pemerintah Kota Madya Denpasar. Kompleks Kantor Bupati dan Sekretariat Kabupaten Badung, di Lumintang, wilayah Kota Denpasar.
Seiring dengan berjalannya waktu terjadi kejadian luar biasa yang menghanguskan kompleks gedung pusat pemerintahan di Lumintang pada 21 Oktober 1999, sehingga praktis Pemkab Badung tidak lagi memiliki pusat pemerintahan. Agar roda kegiatan tetap berjalan, diputuskan untuk menyewa gedung Universitas Hindu Indonesia (Unhi) di daerah Tembau pada Januari tahun 2000 sebagai kantor sementara. Namun, pemanfaatan gedung UNHI itu tak berlangsung lama. Pada Tahun 2001 Kantor Bupati Badung dan sekretariat dipindahkan ke Balai Diklat Sempidi yang semula diperuntukkan sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.( Sumber : www.badungkab.go.id )
Sukses selalu, SPENDU JAYA !!
BalasHapusBy : VACRY'S Team
Semoga dengan ini nama SPENDU akan terangkat .. SPENDU JAYA !
BalasHapus